Selasa, 23 November 2010

metode riset bab 2

BAB 2
LANDASAN TEORI

1. Siklus Air
Siklus air adalah rangkaian peristiwa yang terjadi pada air saat jatuh ke bumi hingga menguap ke udara untuk kemudian jatuh kembali ke bumi. Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian menguap sebelum tiba di permukaan bumi, yakni ketika sedang jatuh atau setelah di tahan dan melekat pada tumbuh tumbuhan. Air hujan yang sampai di permukaan tanah adalah air hujan yang jatuh langsung atau air lolosan tajuk atau air dari aliran datang. Air tersebut akan mengalir di permukaan atau masuk ke dalam tanah. Aliran permukaan akan terkumpul di danau dan reservoir atau sungai, dan kemudian mengalir ke laut. Penguapan dapat terjadi di permukaan daun dan batang, tanah, danau, sungai dan laut. Air yang masuk ke dalam tanah dapat kembaIi ke udara melalui penguapan langsung dari tanah atau melalui transpirasi oleh tumbuh-tumbuhan (Arsyad, 1989). Uap air yang terkumpul sebagai basil proses penguapan akan terbawa angin membentuk awan sesudah melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan kembali. Di bumi terdapat kira-kira 1,3 - 1,4 x 109 krn3 air. Dari jumlah itu 97,5% berupa air laut, 1,75% berbentuk es di kutub dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan hanya 0,991% sebagai uap (Sosrodarsono dan Takeda, 1976).
2. Air Tanah
Air tanah merupakan bagian kecil dari sistem sirkulasi air di bumi yang dikenal dengan siklus hidrologi. Formasi batuan yang mengandung air bertindak sebagai saluran penyaluran dan sebagai reservoir. Air masuk'ke formasi batuan ini melalui permukaan tanah atau dari air permukaan seperti sungai atau danau. Setelah itu air bergerak secara perlahan dalarn jarak ya.!'lg bervariasi, air kemhali ke permukaan sebagai aliran alarni, terhisap oleh tumbuhan atau usaha manusia. Kebutuhan air bersih masyarakat terns meningkat dari tahun ke tabun. Terbatasnya jumlah dan meningkatnya pencemaran pada air permukaan telah merangsang pengembangan sumberdaya air tanah. Sebagai akibatnya berkembang pula teknik penelitian tentang kejadian dan pergerakkan air tanah, teknik pengambilan, konsep manajemen sumberdaya dan penelitian yang dapat menyumbangkan pengertian lebih baik tentang air tanah (Todd, 1980). Walaupun jUmlahnya relatif kecil, keberadaan air tanah sangat membantu masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kualitas air tanah yang relatif baik dan murah biaya pengadaannya membuat air tanah menjadi alternatif utama sumber air bersih bagi masyarakat yang belum mendapat pelayanan air bersih dari PAM.
3. Jenis Akuifer
.pada umumnya akuifer air tanah dikelompokkan menjadi dua, yaitu Akuifer tidak tertekan (unconfined aquifer) dan tertekan (confined aquifer). Pengelompokkannya tergantung pada ada atau tidaknya muka air tanah (water Akuifer bocor (leaky aquifer) mewakili kombinasi akuifer tidak tertekan. Menurut Walton (1970) membagi jenis akuifer menjadi empat rnacam, yaitu: Akuifer tidak tertekan, akuifer tertekan, akuifer bocor dan akufer menggantung. Sedangkan Todd (1980) menyatakan akuifer tidak tertekan Dan menggantung dengan anggapan akuifer menggantung merupakan kasusakuifer tidak tertekan. untuk daerah Jakarta dan sekitamya, pengelompokkan jenis akuifer telah dilakukan oleh Soekardi (1986). Ia mengelompokkan endapan kuarter di
cekungan air tanah Jakarta dan sekitamya menjadi tiga, yakni :
1. Kelompok akuifer tidak tertekan (akuifer bebas) dengan kedalaman kurang dari 40 m.
2. Kelompok akuifer tertekan atas dengan kedalaman 40 - 140 m, dan
3. Kelompok akuifer tertekan bawah dengan kedalam 140 - 250 m.
Pengelompokkan ini banyak dianut oleh para peneliti untuk pemakaian di cekungan air tanah Jakarta. Walaupun demikian dalam pemakaian praktis batasan yang telah ditentukan oleh Soekardi ti¢lk dapat diterapkan sepenulmya. Penelitian yang ditunjang oleh data uji sumur akan lebih membantu dalam
pengelompokkan yang lebih sesuai dengan kasus yang dihadapi.
4. Kualitas Air Tanah
Kualitas air tanah merupakan faktor penting disamping kuantitasnya. Air hujan yang jatuh ke bumi hanya mengandung sedikit unsur mineral terlarut. Segera setelah jatuh ke atas tanah, air langsung bereaksi dengan mineral dalam tanah atau batuan. Jumlah dan jenis unsur mineral yang terlarut tergantung pada komposisi kimia, struktur fisik dari batuan, pH dan potensial redoks (Eh) dari air
(Todd, 1980). Nana dan Ratna (1991) menyatakan sumber pencemaran pada air tanah dangkal dapat berasal dari limbah penduduk, industri dan pertanian. Pencemaran dari limbah penduduk dapat berasal dari rembesan tangki septik, bocoran saluran air kotor, dan pembuangan sampah. Indikator pencemaran air tanah oleh limbah penduduk adalah tingginya kadar zat organik (BOD, COD), nitra dan terdapatnya bakteri koli tinja, serta deterjen di dalam air tanah. Indikator pencemaran limbah pertanian berupa tingginya kadar nitrat dan fosfat serta terdapatnya pestis ida dalam air tanah.
Berdasarkan penelitian Nana dan Ratna (1991) di daerah Jakarta menunjukkan bahwa 58 sumur gali (kedalaman kurang dari 25 m) yang diteliti, telah tidak memenuhi persyaratan bakteriologis. Kandungan bakteri koli tinja antara 430 - 24 x 106 kolonill00ml. Selain itu juga terdapat Mn (63,8% dari contoh) Fe (48,3%), deterjen (41,4%), Na (19,2%), zat padat terlarut (19%), nitrat (12%), klorida (6,9%), Pb (6,9%), dan fluorida (6,9%). Wuryadi (1981) meneliti kualitas 30 sumur gali di Yogyakarta dan memperoleh basil bahwa semua sumur terkena kontaminasi coliform dan 29 sumur tekena E. Coli. Parameter kimia yang kritis antara lain nitrit, anunonia, deterjen, BOD, kesadahan dan besi. Dari kenyataan-kenyataan ini menujukkan bahwa ada indikasi pencemaran air sumur oleh limbah penduduk dan industri. Hal ini ditunjang pula oleh kenyataan bahwa permukiman penduduk yang padat dan industri umumnya belum dilengkapi sistem pengelolaan limbah yang memadai, karena kendala biaya dan teknologi pengelolaan lim bah yang belum dikuasai, sehingga pencemaran air tanah dangkal yang berasal dari peresapan air hujan setempat mudah terjadi.
5. Indeks Pencemaran Air
Indeks Pencemaran Air menunjukkan tingkat pencemaran air pada suatu badan air. Semakin tinggi nilainya, akan semakin tinggi pencemarannya. Istilah Indeks Pencemaran Air penggunaannya sering tertukar dengan Indeks Mutu Air. Indeks Mutu Air menunjukkan tingkat mutu air pada suatu badan air. Semakin tinggi nilainya, kualitas aimya semakin baik. Penilaian kualitas air dengan metode pengindeksan telah banyak dilakukan orang, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Ott (1978) mengelompokkan indeks air menjadt lima kelompok :
1. Indeks kualitas air bersifat umum
2. Indeks kualitas air untuk penggunaan khusus
3. Indeks kualitas air perencanaan
4. Indeks kualitas air dengan pendekatan statistik
5. Indeks kualitas air dengan pendekatan biologi
Dari lima kelompok kualitas air tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan disesuaikan dengan rencana penggunaan dari indeks yang di buat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar