Nama : winda listianingrum
Npm : 11208290
Kelas : 3EA10
REVIEW JURNAL 1
Tema : analisis kualitas air
judul : UJI KORELASI PENGARUH LIMBAH TAPIOKA
TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR
Penulis : Ignasius D.A. Sutapa1
1.1Latar beakang
Pemanfaatan air sumur di desa Karadenan Kabupaten Bogor cukup tinggi, karena belum terjangkaunya wilayah tersebut oleh PDAM setempat. Pemanfaatan air tanah secara intensif serta produksi air limbah dari pabrik tapioka yang berada di desa Karadenan terus meningkat sehingga dapat menyebabkan perubahan kualitas air tanah dan dapat mengganggu pemanfaatannya. Pemanfaatan air sumur oleh penduduk desa Karadenan
Kabupaten Bogor ini adalah untuk memenuhi kebutuhan penduduk setempat, seperti air minum, MCK, dan industri tapioka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sumur gali penduduk sangat dipengaruhi oleh kualitas limbah tapioka di bak penampungan yang ada disekitarnya. Hal ini terlihat adanya korelasi satu arah antara kualitas limbah dan jarak terhadap sumur penduduk disatu sisi terhadap kalitas air sumur di sisi yang lain. Terlihat bahwa semakin dekat jarak sumur terhadap bak penampungan limbah tapioka maka kualitas air sumur semakin rendah.
1.2 Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh limbah tapioka terhadap kualitas air sumur penduduk, baik kualitas fisik maupun kualitas kimiawi.
1.3 Metodologi penelitian
Penelitian ini dilakukan uji fisik dan kimiawi untuk setiap sampel air, tetapi tidak semua parameter yang dipersyaratkan dalam kriteria baku untuk air minum diukur dalam penelitian ini mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada. Parameterparameter tersebut antara lain : pH, DO, BOD, COD, Sulfida, Sianida, Amonia, Nitrat, Nitrit, Besi dan kesadahan, serta suhu dan konduktifitas. Pengambilan sample air sumur penduduk dilakukan 3 kali dengan jarak pengambilan 1 bulan sekali. Setiap sampel dianalisis dengan 3 kali pengulangan (triplo). Waktu pengambilan sampel pada siang hari.
Teknik sampling yang dilakukan adalah Grab Sampling. Metode sampling dan analisis parameter kualitas air. Penelitian dilakukan di desa Karadenan Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian ditetapkan dengan pertimbangan bahwa lokasi sumur berdekatan dengan lokasi pencemar (kolam penampungan limbah cair), sedangkan analisis sampel dilakukan di L aboratorium Pengendalian Pencemaran Air Puslitbang Limnologi LIPI Cibinong.
-Teknik Analisis Data
Data dilengkapi dengan kuisioner, wawancara, serta, observasi langsung. Kualitas limbah cair tapioka diketahui dengan membandingkan hasil analisis terhadap SK Menteri KLH No.51/MENKLH/10/ 1995, sedangkan kualitas air sumur dibandingkan dengan Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990 atau PPRI No.20 Tahun 1990 Tanggal 5 Juni 1990. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh jarak sumur dari sumber pencemar terhadap parameter-parameter kualitas air yang dianalisis, digunakan analisis korelasi jenjang spearman (bertingkat), maka ditetapkan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak ada korelasi antara jarak sumur dengan sumber pencemar terhadap parameter kualitas air.
H1 : Ada korelasi antara jarak sumur dengan sumber pencemar terhadap parameter kualitas air.
Aturan keputusan:
Untuk α = 0,05:
Jika rs> r (0,05), maka H0
ditolak.
Jika rs < r (0,05), maka H0
diterima.
Nilai r (0,05) dari tabel
statistik adalah 0,643.
1.4 Hasil Dan Pembahasan
1. Kondisi Kolam Penampungan
Secara teoritis air sumur di sekitar kolam penampungan limbah tapioka berpotensi untuk tercemar limbah. Hal ini sangat memungkinkan
dengan melihat kondisi saluran pembuangan dan kolam penampungan limbah cair di lapangan. Saluran pembuangan pabrik tapioka bersatu dengan saluran air Setu yang menuju kolam-kolam penampungan limbah dan ikan di areal seluas ± 5000 m2, sehingga saat limbah cair dari bak pengenapan pati dikeluarkan komposisi pencemar mengalami pengenceran yang cukup besar.
2. Kualitas Air Sumur
a. Parameter Fisik
Pengamatan kualitas fisik terhadap air sumur gali penduduk RT 04 RW 02 Desa Karadenan Kabupaten Bogor menunjukkan:
b. Bau, Rasa dan Warna
Hasil pengamatan di sebelas sumur gali menunjukkan sebagian besar air sumur berbau, berasa, dan tiga sumur lainnya menunjukkan warna kuning yang cukup jelas. Hal ini menunjukkan air sumur tersebut tidak memenuhi persyaratan kualitas fisik air minum yang tidak boleh berbau, berasa dan berwarna.
c. Daya Hantar Listrik (DHL) dan Kekeruhan
Parameter DHL menunjukkan nilai yang berkisar antara 0.054 – 0.121 mikromhos/cm. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air sumur gali tersebut memenuhi
persyaratan kualitas air minum Permenkes No. 416/ MENKES/ PER/IX/1990. Kekeruhan air sumur gali tidak menunjukkan nilai tertentu (tidak terdeteksi) dengan alat WQC. Hal ini menunjukkan nilai kekeruhan yang kecil (kategori air jernih) dan memenuhi persyaratan kualitas air minum Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/
PER/IX/1990, yakni sebesar 25 NTU.
d. Suhu
Suhu air dipengaruhi oleh kedalaman perairan, komposisi substrat dasar, luas permukaan yang langsung mendapatkan sinar matahari dan tingkat penutupan daerah pemukiman perairan (LANGENEGGER, 1994). Suhu air pada sumur-sumur gali yang diamati pada
umumnya tidak jauh berbeda, berkisar antara 26.90 – 28.59 oC. Suhu yang tidak sesuai dapat merusak keseimbangan suhu tubuh dan jika suhu lebih dari 350C, air dapat menimbulkan rasa (WIJAYA,1991).
e. Parameter Kimiawi
Pengamatan kualitas kimiawi air sumur menunjukkan adanya parameter pencemar yang dominan mencemari air sumur penduduk,
yaitu:
f. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman pada kolam penampungan berkisar antara 5.19 – 5,89. Nilai pH di kolam penampungan ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pH pada bak pengendapan pati. Hal ini disebabkan oleh karena limbah tapioka banyak mengandung bahan organik, sehingga memungkinkan untuk hidupnya bakteri aerobik. Adanya oksigen di dalam air dapat mengoksidasikan bahanbahan organik tersebut menjadi CO2 yang dapat menurunkan derajat keasaman air.
g. Biological Oxygen Demand dan Chemical Oxygen Demand
Nilai BOD limbah cair tapioka di kolam penampungan berkisar antara 67,08 – 114,79 mg/l sedangkan COD berkisar antara 250 - 1250 mg/l melebihi baku mutu Limbah. Nilai BOD maksimum limbah mutu I dan II sebesar 50 mg/l dan 150 mg/l, sedangkan nilai COD sebesar 100 mg/l dan 300 mg/l. Hasil perhitungan uji korelasi jenjang Spearman antara BOD air sumur terhadap jarak kolam penampungan pada tabel 2 menunjukkan
adanya korelasi negatif antara BOD dengan jarak sumur terhadap kolam penampungan (rs = -0.65), artinya semakin jauh jarak maka semakin kecil nilai BOD air sumur.
h. Sulfida (S2-)
Kandungan sulfida limbah cair tapioka di kolam penampungan berkisar antara 13.02 – 28.46 mg/l melebihi baku mutu limbah. Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi jenjang Spearman antara Sulfida air sumur terhadap jarak kolam penampungan
menunjukkan adanya korelasi negatif antara Sulfida dengan jarak sumur terhadap kolam penampungan (rs = - 0.7682), artinya semakin jauh jarak sumur maka semakin kecil konsentrasi Sulfida air sumur. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa kandungan
Sulfida yang tinggi pada air sumur gali penduduk tersebut dimungkinkan oleh resapan air kolam penampungan limbah tapioka terhadap air sumur penduduk di sekitarnya.
i.Besi (Fe)
Berdasarkan persyaratan kualitas air minum Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990, kadar Besi maksimum yang diperbolehkan sebesar 1.0 mg/l, tetapi hasil pengukuran Besi air sumur berkisar antara 0.01 – 17.56 mg/l. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan Besi pada sebagian besar air sumur penduduk tidak memenuhi persyaratan kualitas air minum dan telah tercemar Besi. hasil perhitungan uji korelasi jenjang Spearman yang menunjukkan adanya korelasi negatif antara
Besi dengan jarak sumur terhadap kolam penampungan (rs = -0.8409).
Semakin jauh jarak sumur maka semakin rendah konsentrasi Besi air sumur.
j. Oksigen Terlarut (DO)
Hasil perhitungan uji korelasi jenjang Spearman. antara DO air sumur terhadap jarak kolam penampungan menunjukkan adanya korelasi antara DO dengan jarak sumur terhadap kolam penampungan
k. Ammonia (NH4+)
Kandungan ammonia pada sampel air sumur gali penduduk, berkisar antara 0.0 – 0.15 mg/l. Hasil perhitungan uji korelasi jenjang Spearman antara ammonia air sumur terhadap jarak kolam penampungan menunjukkan tidak ada korelasi antara ammonia
dengan jarak sumur terhadap kolam penampungan (rs = -0.4909 < r (0.05)).
l. Nitrat (NO3-)
Uji korelasi jenjang Spearman antara nitrat air sumur terhadap jarak kolam penampungan menunjukkan adanya korelasi antara nitrat dengan jarak sumur terhadap kolam penampungan (rs = -0.5591).
m. Kesadahan
Hasil perhitungan uji korelasi jenjang Spearman Nilai tersebut di atas lebih tinggi
dibandingkan nilai yang ada pada kolam penampungan. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengenceran air setu yang mengalir melalui kolam dan proses biotransformasi nitrogen.
1.4Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kualitas air sumur penduduk Desa Karadenan Kabupaten Bogor, diketahui bahwa sebagian besar air sumur telah tercemar oleh Sulfida (0.1 – 15.35 mg/L), Besi (1.10 – 17.56 mg/L), COD (11 – 225 mg/L) serta derajat keasaman yang rendah (4.18 – 6.12). Buruknya kualitas air sumur ini disebabkan oleh limbah cair tapioka yang belum dikelola dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan uji
korelasi untuk menentukan hubungan jarak kolam penampungan terhadap kualitas air sumur, dimana didapatkan korelasi parameter yang dominan sebagai pencemar, yaitu
pH, COD dan BOD, Sulfida, dan Besi terhadap air sumur. Selain itu dapat juga dibuktikan dengan kualitas air wilayah pembanding yang kualitas air sumurnya lebih
baik. Besarnya pengaruh limbah cair tapioka dapat diketahui dengan cara mencari persamaan matematis hubungan jarak kolam dan kualitas air kolam terhadap kualitas air sumur. Berdasarkan persamaan matematis yang dihasilkan, akan dapat ditentukan variable independen yang mempengaruhi kualitas air sumur tersebut yang dapat diprediksikan antara lain jarak dan parameter pH, COD, Sulfida, dan Besi.
Rabu, 03 November 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar