Rabu, 03 November 2010

Review Jurnal 3

Tema : kualitas air
Judul : ANALISIS KUALITAS AIR LINDI DI TEMPAT PEMBUANGAN
AKHIR SAMPAH PUTRI CEMPO
MOJOSONGO SURAKARTA
Penulis : Dwi astuti
Tahun : 2006

1.1 Latar belakang
Produksi sampah di Kota Surakarta meningkat setiap tahun. Pada tahun 2002 sebanyak 72.396.457 kg, tahun 2003 sebanyak 78.828.190 kg, tahun 2004 sebanyak 81.025.660 kg, tahun 2005 sebanyak 81.880.284 kg, dan tahun 2006 sebanyak 86.498.070 kg (Pemkot Surakarta, 2007). Pertambahan penduduk dengan segala aktivitasnya yang demikian pesat telah mengakibatkan peningkatanjumlah sampah. Produksi sampah yang semakin tinggi, dipacu dengan adanya proses modernisasi, menyebabkan terakumulasinya sampah
sehingga semakin hari semakin menumpuk. Keberadaan tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan didaur ulang sebagai kompos ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh pemulung. Jumlah sampah di TPAS yang sangat besar akan menyebabkan proses dekomposisi alamiah berlangsung.

1.2 Tujuan penelitian
untuk mengetahui kualitas air lindi di tempat pembuangan akhir sampah berdasarkan baku mutu.

1.3 Metodologi penelitian
-Jenis Penelitian :
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pemeriksaan laboratorium yang hasilnya dianalisis secara deskriptif.
Populasi dan Sampel Penelitian :
Populasi dalam penelitian ini ádala air lindi yang berasal dari TPAS Putri Cempo Mojosongo Surakarta.
Analisis Kualitas Air Lindi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah.
Sampel penelitian berupa air lindi yang diambil dari bagian outlet, cara pengambilan sampel dengan metode quota sampling.
-Lokasi dan Waktu Penelitian :
Pengambilan sampel air lindi di TPAS Putri Cempo Mojosongo Surakarta berasal dari bak penampungan ke saluran alami yang diambil pada musim hujan.
Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Hidrologi Fakultas Geografi
UGM.
-Bahan dan Alat Penelitian :
Bahan
1. Air lindi dari TPAS Putri Cempo Mojosongo Surakarta. Bahan kimia untuk pemeriksaan parameter air yang ada dalam Peraturan Daerah
Provinsi Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Golongan1. AquadesAlat-Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: jerigen volume 5 l dan 35 l, termometer air raksa, pH meter, DO meter, COD reactor, spektrofotometer, dan seperangkat alat titrasi
-Jalannya Penelitian :
.Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian, Persiapan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam penelitian,pengambilan sampel berupa air lindi dari TPAS Putri Cempo Mojosongo Surakarta. Pengiriman sampel ke Laboratorium Hidrologi Fakultas Geografi UGM. Interpretasi hasil pemeriksaan kualitas air dibandingkan dengan standar parameter yang ada dalam Peraturan Daerah Provinsi Jateng No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Golongan I.
-Analisis Data
Data yang diperoleh berupa hasil pengukuran parameter kualitas air lindi dilakukan analisis secara deskriptif.

1.4 Hasil dan Pembahasan
1. Kualitas Air Lindi
Dari hasil analisis kualitas air lindi dapat diketahui bahwa 67,86% atau sebanyak 20 parameter melebihi baku mutu, dan 32,14% atau 9 parameter masih masih di bawah baku mutu. Oksigen terlarut (dissolved oxygen= DO) merupakan kebutuhan dasar untuk
kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kehidupan mahluk hidup di dalam air sangat tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya, yaitu tidak boleh kurang dari 6 ppm (Fardiaz, 1992). Sedangkan air lindi yang diperiksa hanya mengandung 3,1 ppm sehingga masih jauh dari normal . jika konsentrasi DO terlalu rendah akan mengakibatkan organisme air mengalami kematian. Penyebab utama rendahnya DO adalah adanya bahan-bahan buangan yang menkonsumsi oksigen. Bahan-bahan tersebut
terdiri dari bahan yang mudah dibusukkan atau dipecah oleh bakteri dengan adanya oksigen. Oksigen yang tersedia di dalam air dikonsumsi oleh bakteri yang aktif memecah bahan-bahan tersebut sehingga semakin tinggi kandungan bahan-bahan tersebut semakin berkurang konsentrasi oksigen terlarut. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju absorpsi logam dalam air yaitu kadar garam (air laut), alkalinitas (air tawar), hadirnya senyawa kimia lain, temperatur,
pH, besar kecilnya organisme dan kondisi kelaparan dari organisme
Koliform di dalam air terdiri dari koliform fekal yang berasal dari kotoran hewan dan manusia, serta koliform nonfekal.yang berasal dari hewan dan tanaman mati. Dari air lindi yang diperiksa ditemukan koliform _ 2400, meskipun dalam baku mutu air limbah tidak dipersyaratkan namun angka ini cukup tinggi sehingga perlu dilakukan upaya desinfeksi terhadap air lindi yang nantinya dibuang ke lingkungan. Berdasarkan hasil analisis air lindi parameter kimia yang nilainya cukup tinggi diantaranya BOD, COD, Cd, nitrat, nitrit, serta minyak dan lemak. BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan buangan di dalam air. Menurut Davis dan Cornwell (1991) bahwa semakin tinggi nilai COD, maka akan semakin banyak kadar oksigen terlarut yang diperlukan untuk proses
kimiawi, akibatnya dapat mengurangi ketersediaan oksigen terlarut bagi kehidupan organisme perairan. Menurut Alaerts dan Santika (1987), nitrat dalam tubuh manusia direduksi menjadi nitrit yang dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam darah sehingga menyebabkan darah tersebut tidak dapat lagi mengikat oksigen, dan asam yang dibentuk dari nitrat dapat bereaksi membentuk nitrosamine (R-R-N-NO) yang dapat menyebabkan kanker. Sebenarnya terdapat parameter fisika yang merupakan karakteristik khusus air lindi tetapi tidak tercantum dalam baku mutu air limbah ini yaitu bau dan warna. Bau air lindi berasal dari hasil penguraian bahanbahan yang ada di dalam sampah, baik itu bahan-bahan kimia maupun sisa mahluk hidup. Sedangkan warna kehitaman dari air
lindi disebabkan adanya bahan-bahan terlarut, bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat koloid.Keberadaan air lindi di TPAS Putri Cempo Mojosongo yang dibuang ke anak sungai dan bermuara di Sungai Bengawan Solo, mempunyai kualitas yang belum baik. Hal ini diketahui dari banyaknya parameter yang masih melampaui standar (67,86%), sehingga perlu dilakukan upaya pengolahan lebih lanjut untuk memperbaiki kualitas air lindi tersebut. System pengolahan yang sudah ada, masih sangat sederhana karena hanya berupa bak-bak penampungan sebelum akhirnya air lindi dibuang ke lingkungan. Upaya-upaya lain untuk mengurangi pencemaran air lindi bisa
dilakukan dengan menerapkan system pengolahan tambahan seperti aerasi, koagulasi, dan desinfeksi.

1.5 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air lindi di tempat pembuangan akhir sampah Putri Cempo Mojosongo Surakarta, berada di atas baku mutu untuk 19 parameter (67,86%) dari 28 parameter yang diperiksa dan 9 parameter (32,14%) sisanya masih di bawah baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004.

Saran
1.6 Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang upaya untuk menurunkan nilai parameter atau memperbaiki kualitas air lindi di TPAS Putri Cempo Mojosongo dikarenakan masih cukup tingginya parameter yang nilainya masih melebihi Baku Mutu Air Limbah Golongan I Peraturan Daerah Provinsi Jateng Nomor 10 Tahun 2004.
2. Bagi masyarakat yang ada di sepanjang Sungai Bengawan Solo, untuk tidak mengkonsumsi air sungai dikarenakan masih tinggi kandungan zat kimia anorganik dalam air lindi yang dibuang ke sungai meskipun pengukuran dilakukan pada musim hujan.
3. Bagi dinas terkait perlu melakukan kegiatan pemantauan kualitas air lindi serta badan air Sungai Bengawan Solo secara rutin dikarenakan masih tingginya nilai beberapa parameter kualitas air lindi yang dibuang ke lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar