Selasa, 23 November 2010

metode riset bab 4

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis kualitas air tanah dilakukan terhadap 30 sumur. Tiap sumur mewakili contoh air untuk kepadatan permukiman dan jenis tanah tertentu. Untuk permukiman padat yang berada di tanah aluvial diwakili oleh contoh sumur nomor npa : n = 1 - 5, P = padat, dan a - aluvial. Demikian pula
penomoran contoh di tanah latosol, sama dengan di tanah aluvial, hanya berbeda di hurufterakhir (yaitu nsl, I = latosol). Kualitas air tanah di daerah penelitian secara umum baik, hanya di beberapa tempat dijumpai beberapa parameter yang melebihi nilai buku yang ditentukan. Parameter yang melebihi (tidak sesuai) baku mutu antara lain:
1. Kemasaman air tanah latosol rata-rata berkisar 4,6 - 5,6. Jika air sumur ini digunakan untuk air minum kemasaman ini terlalu rendah dan kurang layak untuk kesehatan gigi.
2. Kekeruhan rata-rata berkisar 5,2 - 10,0 NTU. Pada permukiman padat mempunyai kecenderungan air tanahnya lebih keruh dibandingkan di permukiman renggang. Batas maksimum kekeruhan untuk air minum adalah 5 NTU. Daerah yang kekeruhannya tinggi adalah Kelurahan Harapan Jaya, Perunmas I (18 NTU) dan Perurnnas III, Desa Setya Mekar (27 NTU).
3. Ammonia bebas rata-rata berkisar 0 - 0,182 mg/1. Menurut PERMENKESH No. 01IBIRHUKMASII/1975 telah melebihi baku mutu air minum baku. Pada beberapa tempat dijumpai pula ammonia bebas yang melewati ambang batas untuk perikanan dan petemakan, yaitu 0,02 mg/l. Misalnya pada Pasar Kranji, Desa Harapan Jaya dan Desa Setya Mekar (permukiman padat),
Bojong Menteng (permukiman renggang).
4. Besi berkisar 0,61 - 1,25 mgll. Hampir di setiap tempat di lokasi penelitian kandungan besinya cukup tinggi. Pacla beberapa tempat telah melampaui batas maksimum yang diperbolehkan dalam PERMENKESH No. 01IBIRHUKMASIIJ1979 yaitu 1 mgll, seperti di Desa Jaka Setya dan Bojong Menteng.
5. Kandung Mangan berkisar 0,05 - 0,05~ mgll. Lokasi penelitian yang kandungan mangannya tinggi adalah PERUMNAS I, di Kelurahan Kranji, mencapai 0,70 mgll.
6. Bahan organik Total (BOn rata-rata berkisar 12,49 - 20,50 mgll. Kandungan BOT di seluruh lokasi telah melampaui baku mutu, baik menu rut PP No. 20 maupun pada PERMENKESH No. 0 I. Demikian pula dengan BODs dan COD.
7. Oksigen - terlarut rata-rata berkisar 20,3 - 2,59 mgtl. Batas minimum yang diperbolehkan untuk air minum baku minimum adalah 3 mgll, sehingga air ini tidak layak sebagai air minum baku. Demikian pula untuk keperluan perikanan minimum adalah 3 mgll.
8. Deterjen berkisar 0,491 - 2,117 mgll. Kandungan deterjen di seluruh lokasi telah melewati ambang batas dalam PP No. 20 Tahun 1990 golongan A dan B, kecuali di Desa Bojong Menteng. Baku mutu untuk keperluan perikanan dan petemakan adalah 0,2 mgll.
9. Sulfida berkisar 0,77 - 2,26 mgll. Batas maksimum yang diperbolehkan dalam PP No. 20 Tahun 1990 golongan B adalah 0,1 mg/l, sehingga kandungan sulfida di semua sumur telah melampaui ambang batas yang telah ditetapkan. Batas maksimum yang diperbolehkan untuk perikanan dan
peternakan adalah 0,002 mg/l, sehingga air ini juga tidak layak jika dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
10. JumIah Coliform berkisar 46 - 508 individull00 mI. Batas yang ditetapkan dalam PERMENKESH No. 01 adalah 3 individuilOO mI, sehingga pada umumnya sumur di daerah penelitian tercemar bakteri koliform.
11. Kandungan bakteri E. coli berkisar 41 - 457 individuilOO mI. Batas yang ditetapkan dalam PERMENKESH No. 0 I adalah 0, sehingga pada umumnya sumur di daerah penelitian telah tercemar E. coli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar